Sikap Moderat
Pada kesempatan ini, khatib mengajak
kepada seluruh jamaah untuk senantiasa memperkuat dan meningkatkan komitmen
keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. Allah swt telah menjanjikan dalam
Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13 bahwa orang yang paling bertakwa akan
mendapatkan posisi yang paling mulia di sisi Allah swt. اِنَّ اَكْرَمَكُمْ
عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ Artinya: “Sesungguhnya yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa”.
Dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13
ini Allah mengingatkan kepada kita untuk menyadari bahwa perbedaan-perbedaan
yang ada di dunia ini merupakan sunnatullah. Allah menciptakan adanya laki-laki
dan perempuan, adanya suku-suku dan bangsa yang ada di dunia ini bukan untuk
saling berpecah belah. Namun semuanya itu dalam rangka saling kenal-mengenal.
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا
خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا
Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal”.
Sehingga menjadi sebuah keniscayaan bagi
kita untuk senantiasa bersyukur kepada Allah swt atas karunia kedamaian dan
ketenangan yang telah tercipta di tanah air Indonesia. Di tengah kebinekaan
suku, budaya, dan agama yang dimiliki masyarakat Indonesia, kita dapat
menjalankan berbagai aktivitas kehidupan tanpa ada gangguan dan konflik,
terlebih peperangan akibat perbedaan-perbedaan yang ada. Perbedaan adalah
sunnatullah, keragaman dalam kehidupan adalah rahmatullah jika kita bisa
mengelolanya dengan baik.
Berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik, Indonesia memiliki 1.340 suku dan sub suku bangsa dengan berbagai
macam agama yang dianut. Tingginya keragaman ini harus kita jaga sebagai sebuah
rahmat Allah swt yang menjadikan bumi Indonesia indah dan damai. Jika tidak
bisa mengelolanya dengan baik, maka tentu bisa menjadi potensi besar munculnya
konflik.
Di antara kunci penting dalam
mempertahankan dan mewujudkan kedamaian di tengah perbedaan-perbedaan ini
adalah senantiasa menerapkan prinsip moderat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Termasuk juga moderat dalam beragama.
وَكَذَٰلِكَ
جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ
عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
Artinya: “Dan demikian (pula) Kami telah
menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi
saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas
(perbuatan) kamu.”
Sikap moderat atau memposisikan diri di
tengah-tengah, atau tidak berlebih-lebihan dalam beragama atau ghulluw ini,
mampu memunculkan sikap toleransi yang berbuah ketenangan dalam kehidupan.
Menghindari sikap dan beragama yang berlebih-lebihan melampaui batas ini telah
ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Annisa ayat 171:
يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لَا تَغْلُوْا فِيْ دِيْنِكُمْ
وَلَا تَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ اِلَّا الْحَقَّ
Artinya: "Wahai Ahli Kitab, janganlah
kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap
Allah kecuali yang benar." Rasulullah pun telah mengingatkan dalam
haditsnya:
خَيْرُ
الْأُمُوْرِ أَوْسَطُهَا Artinya: "Sebaik-baik urusan ialah yang dilakukan
dengan biasa-biasa atau sedang-sedang saja.”
Sikap moderat dalam beragama di era
banjir informasi saat ini pun semakin mendapat tantangan yang besar. Melalui
internet khususnya media sosial banyak ditemukan narasi-narasi berbungkus agama
yang melakukan provokasi untuk tidak berprilaku berlebih-lebihan dalam
beragama. Bagi mereka yang sudah memahami nilai-nilai ilmu ajaran agama
Islam, maka provokasi tersebut bisa ditangkal dengan mudah. Namun bagi mereka
yang masih minim dalam pemahaman dan pengetahuan agama, provokosi ini bisa
menjerumuskan kepada praktik-praktik yang bukan ummatan wasato, atau
bukan umat pertengahan, atau tidak moderat.
Semangat dalam beribadah dan beragama
harus diiringi dengan pemahaman ilmu agama yang baik. Jika tidak, maka
memunculkan hal yang tak baik, di antaranya merasa paling benar sendiri dalam
pengamalan agama, dan menghakimi salah bagi yang tidak sepaham. Padahal,
semakin dalam pemahaman ilmu agama yang dimiliki, maka seseorang akan semakin
memahami esensi dan hakikat dari beragama dan beribadah. Oleh karena itu,
saatnya bagi kita untuk terus belajar mendalami ilmu agama dari para ulama yang
jelas silsilah guru dan keilmuannya dan memiliki sikap moderat dalam beragama.
Semoga kita diberikan hidayah dan
kekuatan oleh Allah swt dalam menjalankan segala perintah-Nya. Dan semoga kita
diberi petunjuk dan kekuatan dari Allah untuk menggapai kebenaran dalam
beragama serta diberikan kekuatan untuk menjauhi yang batil walaupun itu
dibungkus dengan nama agama.
اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا
اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ،
Komentar
Posting Komentar