Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Hargai Wilayah Privasi

Gambar
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan dengan orang usil yang suka mencampuri urusan orang lain. Sepertinya ingin membantu, tapi sebenarnya mereka punya niat yang lain. Umumnya sih cuma ingin tahu aib kita kemudian setelah tahu ia akan menyebarkannya dengan bumbu agar kita tampak semakin buruk. Lebih sadis lagi orang seperti itu mengajak orang lain untuk turut menilai buruk diri kita. Padahal mereka tidak tahu apa yang sebenarnya yang terjadi dan kita rasakan. Jadi, kamu tidak perlu tahu urusan pribadi orang lain jika kamu hanya bisa berkomentar tanpa bisa melakukan hal besar untuk memberikan kebaikan dalam kehidupan orang lain. Dan keterlibatanmu tidak selalu meringankan masalah orang lain. Jika terlalu masuk ranah pribadi, yang ada justru menambah beban pikiran orang lain. Apalagi setelahnya kamu justru jadi biang kerok tersebarnya aib orang lain. Mending niat membantu dengan hasil akhir menyenangkan, itu tidak masalah. Tapi jika niatnya hanya sekedar ingin tahu untuk
Gambar
Suatu hari ada dua orang ibu yang memperebutkan bayi karena salah satu bayi mereka dimakan serigala. Mereka lantas mengadukan perkara ini kepada hakim.  Sang hakim bertanya kepada mereka, apakah masing-masing meyakini bahwa ini adalah bayi kalian? Betul, jawab mereka.  Kemudian sang hakim mengambil pisau tajam untuk membelah bayi itu jadi dua. Sontak ibu yang lebih muda berteriak keras, “Jangan, jangan lakukan itu! Itu bayinya dia!” Sementara ibu yang lebih tua hanya diam.  Akhirnya, ibu yang lebih muda merelakan bayi itu diberikan kepada ibu yang lebih tua daripada harus menyaksikan bayi tersebut mati dibelah dua. ***  Sahabat, jika Anda yang menjadi hakimnya, siapakah sebenarnya yang memiliki bayi tersebut?

Ilusi

Kehidupan yang kita rasakan atau jalani ini hanyalah respon yang diciptakan oleh sinyal2 yang diterima oleh otak kita melalui panca indra. Sehingga persepsi yang terbangun hanyalah ilusi. Artinya juga bahwa pengalaman hidup ini hanya ilusi. Benarkah?

Persepsi Otak

  Selama kita melihat cahaya lilin misalnya, bagian dalam otak kita sama sekali gelap. Cahaya lilin tidak pernah menerangi otak maupun pusat penglihatan kita, melainkan hanyalah sinyal2 listrik di otak. Namun nyatanya kita dapat melihat dunia yang berwarna warni di dalam otak kita yang gelap. Padahal otak kita sepanjang hidup tidak berhubungan secara langsung dengan materi sesungguhnya yang ada di luar kita. Lalu, seperti apa sebenarnya dunia di luar otak itu?

Kehendak Bebas

  Manakah yang benar. (A) Tuhan mengendalikan segala sesuatu secara mutlak atau (B) Manusia memiliki kehendak bebas. Jika pernyataan A benar pasti pernyataan B tidak benar, dan kalau pernyataan B benar maka pasti bukan pernyataan A yang benar. Jika Tuhan mengendalikan segala sesuatu secara mutlak maka manusia tidak memiliki andil sedikit pun dalam menentukan pilihannya. Sebaliknya, jika manusia memiliki kehendak bebas pasti Tuhan tidak mengendalikan segala peristiwa secara mutlak karena Tuhan harus berbagi kekuasaan dengan manusia yang memiliki kehendak bebas untuk membuat pilihan.

Mengapa Kita Ada

  Ini bukanlah pertanyaan2 yang baru. Bahkan di dalam benak orang2 yang tidak biasa berpikir banyak pun, pertanyaan2 seperti ini tetap muncul saat mereka menyempatkan diri untuk berdiam dan membiarkan hati mereka berbicara. Mengapa saya ada? Apa sebenarnya tujuan keberadaan kita di dunia ini? Mengapa saya ada dan hidup? Apakah artinya hidup ini? Apakah tujuan hidup ini? Adakah makna dalam hidup dan tujuannya?

Dunia Ilusi

  Setiap benda padat terdiri dari molekul2, dan molekul2 itu terdiri dari atom atom. Seluruh dunia fisik di mana kita berada termasuk diri kita sendiri adalah terdiri dari bukan apa apa kecuali energi yang bergetar. Fenomena ini mencipatakan sebuah illusi yang membuat persepsi yang seolah olah benda padat itu merupakan kenyataan, padahal sebenarnya bukan. Jadi, materi fisik yang kita anggap ini sebenarnya hanya ilusi.

Tanya segalanya

  Dari mana semua Ini berawal dan mengapa semua bisa begini? Pertanyaan2 ini menjadi sangat menarik, karena esensi kehidupan itu bagi saya adalah mempertanyakan segala hal.

Takdir

Gambar
  Dimanakah batas antara ikhtiar dan takdir seseorang? Apakah nasib yang kita alami adalah produk dari hukum sebab-akibat alam ataukah ini adalah ketetapan yang Tuhan telah takdirkan?

Tuhan Maha Tahu

  Saya bingung.... Tuhanlah yg menggerakkan hati manusia. Tuhanlah yg membuat pilihan dan menentukan ke mana kita memilih. Tuhan tahu pilihan kita. Tuhan tahu kita bakal celaka atau selamat. Terus Tuhan uji kita dg banyak pilihan dan Tuhan tau pilihan kita. Trus muter2 di situ... Intinya segala sesuatu hanya dari Tuhan dan untuk diriNya jua... Lantas, apa artinya usaha kita yg telah dikendalikan 100% oleh Tuhan. Atau kemungkinan apalagi tentang Tuhan dan pikiran manusia...???

Tuhan, siapa Engkau?

Gambar
  Tuhan yang satu yang tak terjangkau oleh pikiran manusia, tapi dipersepsi berbeda beda oleh manusia sepanjang sejarah. Meski yang ditunjuk dan yang dituju sejatinya adalah sosok Tuhan yang sama, namun dipersepsi secara berbeda bahkan bertentangan antara masing2 kelompok umat manusia sepanjang sejarah. Unik memang, setidaknya dalam perjalanan hidup setiap manusia akan terus berdialektika tentang Tuhan dan mencoba merasionalkan logika mereka, bagaimana pun juga mungkin menjadi hal yang sulit untuk menjelaskan Tuhan dalam berbagai penjelasan yang mencoba untuk di rasionalisasikan. Agaknya memang Tuhan pada hakikatnya tetaplah transenden dan akan selalu transenden, terlepas dari apakah setiap orang punya pengalaman spiritual atau pun pengalaman emosional dan memiliki intelektualitas mumpuni yang menurut mereka menjadi algoritma untuk menuntun mereka kepada kepercayaan mereka terhadap eksistensi Tuhan yang transenden itu. Tetapi setidaknya, deskripsi kehidupan setiap orang adalah implik

Maha Mengetahui

  Suatu hari:   MURID: Mengapa kita harus masuk neraka padahal Tuhan sudah mengetahui dosa2 kita sebelum kita di ciptakan? dan bukankah Tuhan juga sudah mengetahui seseorang akan masuk neraka atau surga? Lalu mengapa kita harus dihukum?   GURU:   Kita masuk neraka karena dosa2 yang kita perbuat. Bahwasannya ada takdir yang bisa diubah.   MURID: Apakah Tuhan mengetahui takdir yang akan diubah manusia?   GURU: Iya. Karena Tuhan maha mengetahui segala sesuatu.   MURID: Kalau begitu tidak ada takdir yang dapat diubah karena Tuhan sudah mengetahuinya, berarti Tuhan juga yang menetapkan manusia masuk neraka atau surga karena Tuhan mengetahui sebelum manusia diciptakan, lalu mengapa manusia dihukum atas semua yang ditetapkan Tuhan, apakah ini adil bagi manusia?   GURU: (berpikir)   MURID: Mengapa Tuhan menguji manusia? bukankah Tuhan itu maha tahu, dia sudah tahu apa yang belum terjadi dan sudah terjadi. Semuanya. Bukankah tanpa menguji Tuhan sudah tahu apa yang ak

Baper

* Seorang ibu memerintahkan anaknya agar rajin belajar, mandi, sikat gigi, taat kepada orang tua, menghormati sesama, tapi anak tersebut membandel tidak mau mendengar nasihat dari ibunya. Lantas sang ibu menghukum anaknya , memukulnya, mengikatnya kemudian menuangkan air panas lalu menyiramnya dengan bensin kemudian membakar anaknya. Apa komentar Anda terhadap ibu tersebut? *Tuhan memerintahkan manusia agar menyembahNya, mentaati perintahNya dan menjauhi laranganNya, tapi manusia itu membandel tidak mau mendengar perintah Tuhannya. Lantas Tuhan menghukum manusia, merebusnya dan membakarnya. Apa komentar Anda terhadap Tuhan?

Maha Mengetahui

Gambar
  Tuhan mengetahui segala sesuatu. Tuhan mengetahui awal dan akhir. Berarti Tuhan tahu bahwa manusia ciptaanNya bakal masuk surga atau neraka. Bagaimana mungkin Tuhan tidak mengetahuinya karena Tuhan yg menciptakan dan Tuhan sendiri punya rencana. Tak ada yg lain. Jika ada yg lain maka Tuhan terbatas. Jika Tuhan terbatas maka pasti bukan Tuhan. Jika dikatakan, "Bukankah Tuhan telah berikan akal pikiran untuk memilih jalan yang benar?" Maka bukankah Tuhan juga tahu hasilnya. Jika dikatakan, "Tuhan berikan ujian", maka , Tuhan juga tahu hasilnya. Jika Tuhan tidak tahu hasilnya maka pasti bukan Tuhan. Sifat2 yg kita labelkan kpd Tuhan sering justru membatasi ke Maha an Tuhan. Alih2 meninggikan dan menyucikan Tuhan dari sifat2 berkekurangan. ATAU, jangan2 eksistensi Tuhan itu memang tak pernah terjangkau oleh pengetahuan manusia, dan tetaplah transenden. Hmm....

Siapakah Aku?

Gambar
  Hidup saya ini aneh, bahkan hidup orang lain, juga kehidupan dan keberadaan alam semesta ini. Selember daun pun jika dipikirkan sungguh amat menakjubkan! Dalam hati dan pikiran saya sering berkecamuk tentang sebagian besar pertanyaan yang selalu dijawab orang dengan tidak memuaskan. Ketika saya bertanya, entah itu melalui percakapan langsung atau diskusi ataupun di media sosial, terlalu sering dijawab dengan "Hanya Allah yang tahu". Apakah akal manusia yang tugasnya untuk berpikir ini memang tidak cukup mampu untuk mengenali Tuhan yang telah menciptakan akal itu sendiri? Sebagian orang meminta agar saya berpikir dalam batas batas Tauhid. Aneh, mengapa berpikir hendak dibatasi. Apakah Tuhan itu takut terhadap rasio yang diciptakan oleh Tuhan itu sendiri? Saya percaya pada Tuhan, tapi Tuhan bukanlah daerah terlarang bagi pemikiran. Tuhan ada bukan untuk tidak dipikirkan 'adaNya'. Tuhan wujud bukan untuk kebal dari sorotan dan kritik dari pikiran yang diciptakanNya se

Al Kasb

Gambar
  Golongan Asy'ariyyah memiliki teori al Kasb. Al-Kasb dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang timbul dari manusia dengan perantaraan daya yang diciptakan oleh Tuhan. Tentang faham kasb ini, al-Asy'ari memberi penjelasan yang sulit ditangkap. Di satu pihak ia ingin melukiskan peran manusia dalam perbuatannya. Namun dalam penjelasannya tertangkap bahwa kasb itu pada hakekatnya adalah ciptaan Tuhan. Jadi, dalam teori kasb manusia tidak mempunyai pengaruh efektif dalam perbuatannya. Kasb, kata al-Asy'ari, adalah sesuatu yang timbul dari yang berbuat (al-muhtasib) dengan perantaraan daya yang diciptakan. Melihat kepada pengertian,"sesuatu yang timbul dari yang berbuat" mengandung atas perbuatannya. Tetapi keterangan bahwa "kasb itu adalah ciptaan Tuhan" menghilangkan arti keaktifan itu, sehingga akhirnya manusia bersifat pasif dalam perbuatan2nya. Nah loh....

Keberadaan

  ' ADA’ sudah ada sebelum kata ada itu ada. Ada sudah ada sebelum kata ada eksis. Ada sudah ada sebelum kita, ruang, waktu, kesadaran, dan seluruh keberadaan yang meliputinya ada. Bahkan ‘ada’ akan tetap ada dan akan terus ada meski kita dan apa pun yang kita sebut keberadaan ini sudah tiada lagi. Hmm...

Ketiadaan

Gambar
Pernakah Anda berpikir tentang awal mula? Apakah mungkin bahwa pada awalnya pernah ada ketiadaan? Apakah miliaran tahun yang lalu, tidak ada apapun sama sekali? Barangkali Anda akan mengatakan ini gila dan mengada-ada. Lama sudah aku renungkan, namun tak jua aku dapatkan jawabannya. Jawaban tentang ‘KETIADAAN’. Bahkan jawabannya benar-benar ‘tidak ada’. Maka akupun menyimpulkan walau hanya untuk sementara bahwa ‘ketiadaan itu benar-benar tidak ada’. ‘Tidak ada’ hanyalah keadaan minus dari sesuatu yang sebenarnya ada. Ibarat menghitung mundur hingga mencapai titik nol dan seterusnya ke minus satu, dua, tiga dan entah sampai ke minus berapa. Akhirnya akupun menyerah dan meyakini bahwa TUHAN telah menciptakan ‘ketiadaan’ sebagai bahan baku ciptaan-Nya, dimana ‘ketiadaan’ itu adalah sesuatu yang tidak ada satu katapun yang mampu mewakilinya selain kata ‘tidak ada’. Sementara ‘ketiadaan’ itu tidak mungkin ada dengan sendirinya sebagai lawan kata ‘ada’ yang merupakan sifat Tuhan. Meskipun en

Jangan Sombong

Gambar
  Sifat selalu ingin tampak lebih dari orang lain dan keangkuhan, umumnya mendorong seseorang untuk selalu ingin mendapat pujian dan perhatian. Padahal, sebenar-benarnya pujian ialah saat kita bisa menempatkan diri di mana kita berada, tanpa memaksakan kehendak untuk dipuji. Sebab, dalam beberapa hal, pujian adalah bonus. Di sisi lain, pujian bisa berarti “ kecelakaan ” karena bisa menjadikan seseorang besar kepala dan merasa puas seketika. Sedangkan rendah hati tidak menganggap dirinya lebih baik dari orang lain. Maka dari itu, saat mendapat pujian, rendahkanlah hati. Anggaplah itu sebagai motivasi untuk mempertahankan sisi baik dari apa yang telah dicapai. Salam edukasi...