Akhir Ramadan

 


Ramadhan insya Allah berakhir hari ini. Ada banyak pelajaran yang kita peroleh dari sekolah Ramadhan ini.

Lapar dan dahaga

Pelajaran yang paling minimal yang dapat dipetik dari Ramadhan adalah lapar dan dahaga. Ini pelajaran yang paling rendah. Lapar dan dahaga itu tidak enak. Terbayang oleh kita saudara-saudara kita yang ditimpa musibah sehingga mereka tidak dapat makan dan minum senikmat kita. Mohon kita bedakan mereka ini dengan orang-orang malas yang tidak mau bekerja. Masih banyak saudara kita yang meski telah berusaha, akan tetapi masih kesulitan mendapatkan makanan.

Kemampuan mengendalikan diri sendiri

Kita sebenarnya memiliki kemampuan mengendalikan diri yang luar biasa. Ketika kita meniatkan untuk melakukan sesuatu, maka niat tersebut dapat terlaksana. Bayangkan, kita melakukan puasa selama sebulan hanya karena niat! Kita tidak makan, minum, merokok, dan melakukan hal-hal yang membatalkan puasa hanya karena sebuah niat! Kita tidak mencela orang, menjelek-jelekkan orang, menggosip, hanya karena sebuah niat! Ketika darah mendidih marah, maka kita menahan diri bersabar dan mengatakan: ‘maaf saya sedang berpuasa.’ Ternyata kita mampu menahan nafsu amarah hanya karena sebuah niat! Nawaitu! Luar biasa.

Zakat

Di akhir bulan Ramadhan ini kita membayar zakat. Zakat ini juga merupakan sebuah ujian kepatuhan kita. Apakah kita patuh kepada Allah ataukah kita lebih mementingkan uang karena takut kekurangan?

Sebagaimana kita ketahui bahwa kehidupan dunia ini akan berakhir sebagaimana umur manusia berakhir, demikian juga dengan Ramadhan, ia akan berakhir.

Rasanya seperti baru kemarin kita menjemput Ramadhan, namun kini ia telah pergi lagi, meski ia masih akan kembali, namun belum tentu ia bertemu dengan kita lagi, karena kematian setiap saat bisa datang memutus semua hubungan, termasuk memutus hubungan kita dengan Ramadhan tahun depan. Nabi bersabda:

َ أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ

“Banyak-banyaklah mengingat pemutus kenikmatan yaitu kematian” (HR. Tirmidzi)

Umur manusia di dunia ini tidak akan ada nilainya jika tanpa amal, seseorang menjadi mulia atau hina bukan karena umurnya. Tapi karena amal yang menghiasi umurnya. Nabi memandang bahwa orang yang paling baik adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya. Sebaliknya, orang yang paling buruk adalah yang panjang umurnya dan buruk amalnya.

Dunia ini, seperti juga dengan Ramadhan ini, akan meninggalkan di belakangnya dua golongan, yaitu ahli taat dan ahli maksiat. Siapa yang menanam kebaikan akan menuai kebaikan dan siapa yang menanam keburukan akan menuai keburukan.

Setiap muslim di akhir Ramadhan hendaklah menjadi orang yang tinggi semangat juangnya kepada kebenaran. Menguat keimanannya kepada Allah, meninggi rasa cinta dan kepeduliannya kepada sesama, maksimal taqarrub dan ibadahnya. Dan tersambungkan silaturahminya dengan sesama. Intinya, Ramadhan telah menebar kebaikan dan potensi keshalihan, yang dengan itu seseorang akan berhak dengan surga yang dijanjikan.

Keutamaan yang ada pada Ramadhan mengharuskan setiap muslim untuk selalu merindukan bertemu dengannya, dan kepergiannya menjadi kesedihan baginya.

Para sahabat Nabi SAW apabila mereka bertemu dengan Ramadhan, mereka memohon agar ibadah yang telah ditunaikan di dalamnya diterima oleh Allah hingga enam bulan lamanya. Dan enam bulan lagi lamanya mereka berdoa agar bisa dipertemukan Ramadhan berikutnya.

Jika Ramadhan ini adalah Ramadhan yang terakhir bagi kita, marilah kita jaga kebaikan-kebaikan yang telah tercipta bersama Ramadhan tersebut. Dengan begitu, kalau pun Ramadhan tahun depan kita tidak bertemu lagi, paling tidak Ramadhan tahun ini mampu mengantar kita kepada ketaqwaan dan husnul khatimah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hadapi...

AMALAN

Al Ghazali, Empat Golongan