Postingan

Empat Pertanyaan

Gambar
  Khatib mengajak kita semua untuk bermuhasabah dan merenungkan sabda Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:   لَا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ جَسَدِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ   “Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak dari tempat hisabnya pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai empat hal: (1) umurnya, untuk apakah ia habiskan, (2) jasadnya, untuk apakah ia gunakan, (3) ilmunya, apakah telah ia amalkan, (4) hartanya, dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan” (HR Ibnu Hibban dan at-Tirmidzi). Perkara pertama yang akan kita pertanggungjawabkan pada hari  kiamat kelak adalah umur kita. Sejak kita menginjak usia baligh, seluruh apa yang kita yakini, kita ucapkan dan kita perbuat, akan kita pertanggungjawabkan kelak di akhirat. Jika kita telah melakukan seluruh kewajiban dan menjau

Hindari Ujub

Gambar
  Rasulullah saw bercerita tentang dua orang bersaudara dari kalangan Bani Israil dengan sifat yang sangat kontras: yang satu sering berbuat dosa, sementara yang lain sangat rajin beribadah. Rupanya si ahli ibadah yang selalu menyaksikan saudaranya itu melakukan dosa tidak betah untuk tidak menegur. Teguran  pertama pun terlontar, namun tidak memberikan efek apa pun, perbuatan dosa tetap berlanjut. Dan sekali lagi tak luput dari pantauan si ahli ibadah, “Berhentilah!” Sergahnya untuk kedua kali. Si pendosa lantas berucap: "Tinggalkan aku bersama Tuhanku. Apakah kau diutus untuk mengawasiku?" Mungkin karena sangat kesal, lisan saudara yang rajin beribadah itu tiba-tiba mengeluarkan semacam kecaman:  Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu. Allah tidak akan memasukkanmu ke surga. Kisah ini terekam sangat jelas dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan Abu Dawud dan Ahmad. Di bagian akhir, hadits tersebut memaparkan, tatkala masing-masing meninggal dunia, keduanya pun dik

Menjadi Muslim Sejati

Gambar
  Menjadi seorang muslim sejati, tidaklah cukup dengan ucapan dan klaim saja, setidaknya seseorang harus memiliki tiga sifat. Pertama, Al-Yakin yaitu percaya dan mantap akan Allah Swt, Rasulullah SAW, dan agama Islam. Tiga hal ini merupakan materi utama yang akan ditanyakan oleh malaikat kepada kita di alam barzah nanti. Kedudukan al-Yakin sangat tinggi di sisi Allah Swt. Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam kitab-nya Madarijus Salikin, Bab Manzilatul Yakin menyebutkan, beberapa ayat tentang kedudukan yakin. Di antaranya disebutkan dalam surat Al-baqarah ayat 4 dan 5. Beliau menyebutkan bahwa Allah Swt mengkhususkan, hanya mereka yang mencapai derajat al-yaqin yang mendapat petunjuk Allah Swt. Allah berfirman: وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (٤) أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ "Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab

3 Amalan

Gambar
  Bumi yang kita tempati adalah planet yang selalu berputar, ada siang dan ada malam. Roda kehidupan dunia juga tidak pernah berhenti. Kadang naik kadang turun. Ada suka ada duka. Ada senyum ada tangis. Kadangkala dipuji tapi pada suatu saat kita dicaci. Jangan harapkan ada keabadian perjalanan hidup. Oleh sebab itu, agar tidak terombang-ambing dan tetap tegar dalam menghadapi segala kemungkinan tantangan hidup kita harus memiliki pegangan dan amalan dalam hidup. Tiga amalan baik tersebut adalah Istiqomah, Istikharah dan Istighfar. Pertama, Istiqomah yaitu kokoh dalam aqidah dan konsisten dalam beribadah. Begitu pentingnya istiqomah ini sampai Nabi Muhammad SAW berpesan kepada seseorang seperti dalam Al-Hadits: يارسول الله! قل لي في الاسلام قولا, لا أسأل عنه أحدا غيرك؟. قال: “قل آمنت بالله ثم استقم   Dari Abi Sufyan bin Abdullah Radhiyallahu anhu berkata: Aku telah berkata, "Wahai rasulullah katakanlah kepadaku pesan dalam Islam sehingga aku tidak perlu bertanya kepada ora

Hidup Damai

Gambar
  Keamanan dan kenyamanan adalah unsur utama dan diantara yang terpenting untuk seseorang dapat melaksanakan aktifitas dengan normal. Aktivitas apapun hanya dapat dilakukan ketika rasa tenang itu menyelimuti jiwa. Termasuk di dalamnya ialah yang berkaitan dengan agama, ibadah adalah salah satunya. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin juz 1, hal 49 berkata: أَنَّ مَقَاصِدَ الْخَلْقِ مَجْمُوْعَةٌ فِى الدُّنْيَا وَلَا نِظَامَ لِلدِّيْنِ اِلَّا بِنِظَامِ الدُّنْيَا فَإِنَّ الدُّنْيَا مَزْرَعَةُ الْاَخِرَةِ وَهِيَ الْأَلَةُ الْمُوْصِلَةُ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ لِمَنِ اتَّخَذَهَا اَلَةً وَمَنْزِلًا وَلَمْ يَتَّخِذْهَا مُسْتَقَرًّا وَوَطَنًا Artinya: "Sesungguhnya tujuan-tujuan dari umat manusia itu terkumpul pada dunia, agama tidak akan berjalan tanpa bantuan (urusan) dunia. Dunia adalah lahan bagi akhirat, alat yang dapat membuat manusia sampai kepada Allah (mendapatkan keridhoan-Nya) bagi mereka yang menjadikan dunia sebagai alat dan tempat (singgah) bukan tempat tinggal dan

Ada 4 Permata

Gambar
  Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dalam bentuk yang indah, juga diberi perangkat lunak yang sempurna, seperti akal pikiran, rasa, dan karsa (kehendak). Manusia berbeda dari makhluk Allah lainnya. Malaikat diciptakan hanya memiliki akal tanpa syahwat. Sementara hewan dibekali syahwat tanpa akal. Manusia diciptakan dengan segala sesuatu yang dikaruniakan kepada malaikat dan hewan, yakni berupa akal pikiran dan hawa nafsu. Manusia bisa menjadi seperti malaikat jika tunduk patuh pada Allah, bisa juga seperti hewan karena hanya mementingkan keinginan nafsunya. Sebagai makhluk ciptaan dalam bentuk terbaik, manusia dikaruniai empat hal sebagai permata dirinya. Empat permata ini disebutkan Rasulullah dalam hadistnya:   أَرْبَعَةُ جَوَهِرَ فِيْ جِسْمِ بَنِيْ اَدَمَ يُزَلُهَا اَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ اَمَّا الْجَوَاهِرُ فَالْعَقْلُ وَالدِّيْنُ وَالْحَيَاءُ وَالْعَمَلُ الْصَّالِحُ “Ada empat permata dalam tubuh manusia yang dapat hilang karena empat hal. Empat permata tersebut ad

Raih Kemenangan (Khutbah Idul Fitri)

Gambar
  Sejak tadi malam hingga saat ini, di setiap tanggal 1 Syawal kaum Muslimin seluruh dunia mengumandangkan takbir, tahmid dan tahlil, mengungkapkan rasa dan persaksian, bahwa Dialah Rabb yang Maha Agung, sekaligus menyadarkan kepada setiap hati yang beriman, betapa lemahnya manusia dihadapanNya dan betapa kuasa dan perkasanya Dia Yang Maha Agung itu dihadapan seluruh makhluk-Nya. Harta, jabatan, kemuliaan yang disandang oleh siapapun di dunia, tiadalah berarti sama sekali bila disandingkan dengan keagungan Allah SWT., Alla-hu Akbar. Alla-hu Akbar. Alla-hu Akbar. Wa lilla-hil Hamd. Suasana syahdu menyadarkan kita kepada hakikat penciptaan dan pemeliharaan: bahwa Dia adalah pencipta diri ini, dari mulai keberadaannya hingga keadaannya. Siang dan malam digerakkan dan didiamkan olehNya. Alam semesta berada dalam kendaliNya. Jikalau kesadaran seperti ini terpelihara dalam hati kita,  niscaya tidak ada diantara kita menjadi orang sombong, iri, dengki dan hasud kepada sesama manusia, bebal,