Kamu Suci?
Ketahuilah
wahai saudaraku, kematian bisa datang kapan pun dan di mana pun. Tak peduli
apakah saat ini engkau sedang sehat, jika memang ajal telah ditakdirkan bagimu,
maka ia akan datang sesuai waktu yang telah ditentukan.
Allah
Taala berfirman,
وَلِكُلِّ
أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً
ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
“Tiap-tiap
umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak
dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”
(QS. Al-Araf [7] ayat 34)
Oleh
karena kematian itu adalah sesuatu yang nyata pun pasti akan terjadi, alangkah
baiknya kita mempersiapkannya. Langkah ini adalah wujud agar kita memperoleh
husnul khatimah.
Untuk
menyongsong kehidupan akhirat nan bahagia, setidaknya ada beberapa pergorbanan
serta perjuangan yang mesti dilakukan. Perjuangan ini harus senantiasa
dikerjakan hingga ruh terpisah dari badan.
· Pertama,
hendaknya Beramal Sebaik dan Sebanyak Mungkin.
Perintah
untuk beramal baik dengan sebaik-baiknya amal, termaktub di dalam Quran Surah
al Mulk ayat 2 yang berbunyi :
ٱلَّذِى
خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ
وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ
Terjemah: Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,
Melalui
Surah al Mulk ayat 2 ini, ciri amal baik itu adalah amal yang disyariatkan oleh
syariat serta dikerjakan secara ikhlas serta istiqomah. Amalan
ringan tapi senantiasa dilakukan dengan niat ikhlas karena Allah Taala itu
lebih baik daripada amalan berat tapi hanya dikerjakan sekali. Contoh kebiasaan
kecil yang perlu kita amalkan, diantaranya adalah dengan zikir kepada Allah
Taala dan sebaiknya dilakukan dalam kondisi suci.
· Kedua,
hendaknya Mempersiapkan Amal Jariyah yang Pahalanya terus Mengalir.
Di antara
amal jariyah yang perlu kita persiapkan adalah sedekah jariyah berupa
wakaf tanah atau benda yang senantiasa dapat dirasakan manfaatnya dalam waktu
panjang. Selain itu, kita perlu mengamalkan serta menyebarkan banyak ilmu
yang bermanfaat ke khalayak umum, baik melalui lisan atau media
sosial. Dan juga, mendidik anak sebagai anak sholeh, kelak
merekalah mendoakan keselamatan bagi kita. Tiga jenis amal
jariyah ini mesti dikerjakan secara istiqomah. Mengapa demikian? sebab
Rasulullah mengingatkan hal ini dalam sabdanya :
إِذَا
مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ
جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya: “Jika
seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara
(yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh”.
Ketiga
amal jariyah ini adalah bekal untuk hidup kita ketika setelah wafat nanti.
Maka, seyogyanya setiap muslim mempersiapkannya dengan sebaik-baiknya.
Jika kita
seorang kaya raya, maksimalkanlah harta bersama benda Anda di jalan Allah
Taala. Namun, bila mana kita adalah seorang tak berpunya, maksimalkanlah
segenap tenaga serta pikiran demi menegakkan kalimat Allah al Ulya. Semoga kita
semua dilimpahkan rezeki beserta umur yang diberkahi oleh-Nya, aamiin.
· Ketiga,
hendaknya selalu Mengevaluasi Diri atas Segala Perbuatan.
Sebagai
manusia biasa, kita terkadang suka khilaf dalam berkata maupun berbuat. Di sisi
lain, kita terkadang juga malas-malasan untuk memperbanyak ibadah dan amal
sholeh, padahal kita tahu manfaatnya. Tiada lain yang
perlu kita lakukan selain memperbanyak istigfar dan bertaubat kepada Allah
Taala. Hendaknya kita selalu memposisikan diri sebagai manusia penuh dosa.
Dengan itu kita akan rutin memohon ampunan dengan penuh semangat untuk
menghapus dosa-dosa. Jangan pernah sekalipun kita merasa diri ini
adalah paling suci, paling mulia serta paling baik dibanding orang lain. Sebab,
Hanya Allah lah Zat paling mulia, tak ada seorang makhluk manapun bisa
menggantikannya. Allah SWT memperingatkan kita akan hal dalam firman-Nya :
فَلَا
تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
“Maka
janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang
orang yang bertakwa” (QS. An Najm:32).
Jadi,
jangan pernah menganggap diri kita bebas dari dosa. Sungguh, Allah mencintai
seorang pendosa karena taubatnya, dibandingkan ahli ibadah yang tidak
pernah merasa dirinya bersalah
Komentar
Posting Komentar