Segera Bertaubat
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang tidak
pernah terlepas dari pada perbuatan dosa. Tiap hari atau bahkan tiap waktu,
kita secara sadar maupun tidak, sering melakukan perbuatan yang sejatinya
menimbulkan dosa, baik melalui tindakan maupun lisan.
Meskipun begitu, jamaah sekalian, kita dituntut
untuk selalu bertobat kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan meminta ampunan
serta menyadari bahwa kita merupakan hamba yang lemah dalam menahan diri untuk
tidak melakukan dosa dan bermaksiat.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
كُلُّ بَنِي
آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
Artinya,
“Semua bani Adam pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang salah
adalah yang segera bertobat.” (HR. Ibnu Majah).
Dalam hadits tersebut, Nabi Muhammad SAW
secara tegas menyatakan bahwa merupakan sifat manusiawi bani Adam untuk berbuat
kesalahan, namun yang terbaik di antara mereka adalah ketika berbuat salah,
langsung menyadari kesalahannya dan meminta ampun kepada Allah.
Kita semua harus yakin bahwa Allah merupakan Tuhan
yang Maha Pengampun atas segala dosa yang kita perbuat, baik secara sadar
maupun tidak sadar. Dalam salah satu riwayat disebutkan bahwa meskipun dosa
kita banyak hingga memenuhi langit, niscaya Allah akan mengampuni kita selama
mau bertobat kepada-Nya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَوْ
أَخْطَأْتُمْ حَتَّى تَبْلُغَ خَطَايَاكُمْ السَّمَاءَ ثُمَّ تُبْتُمْ لَتَابَ
عَلَيْكُمْ
Artinya,
“Sekiranya kalian melakukan kesalahan hingga kesalahan kalian mencapai langit
dan bumi, kemudian kalian bertaubat, niscaya taubat kalian akan di terima.”
(HR. Ibnu Majah).
Meskipun Allah Maha Pengampun, jangan sampai
kemurahan Allah pada hamba-Nya dijadikan kesempatan untuk melegitimasi
kelalaian kita. Sebagai seorang hamba tentu kita harus menjaga diri dari
perbuatan dosa.
Sebagai hamba yang lemah dan tidak dapat
menghindari maksiat dan perbuatan dosa, maka kita harus menyegerakan tobat
bahkan mulai dari sekarang. Jangan sampai kita bertobat dan meminta ampunan
pada Allah di usia tua nanti, dengan anggapan bahwa kita masih muda dan sehat.
Dalam Al-Quran, Allah banyak sekali menyebut
diri-Nya sebagai dzat yang menerima tobat hamba-Nya, yang mengampuni segala
dosa hingga maha pengasih lagi penyayang. Akan tetapi, tobat dan permintaan
ampun kepada Allah hanya diterima apabila sebelum datang dua waktu: pertama
ketika ajal datang menjemput dan yang kedua ketika hari kiamat tiba.
Terkait waktu yang pertama, yaitu tobat tidak
diterima ketika ajal menjemput, Allah ta’ala berfirman dalam surat An-Nisa'
Ayat 18:
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّىٰ
إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ
يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
Artinya, “Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang
mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di
antara mereka, (barulah) ia mengatakan: "Sesungguhnya saya bertaubat
sekarang". Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang
mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang
pedih.” (QS An-Nisa': 18).
Adapun waktu yang kedua, di mana
tobat seorang hamba tidak diterima lagi ialah ketika hari kiamat tiba. Hal ini
sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surat Al-An'am Ayat 158:
هَلْ
يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلَائِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ أَوْ
يَأْتِيَ بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ ۗ يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا
يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي
إِيمَانِهَا خَيْرًا ۗ قُلِ انْتَظِرُوا إِنَّا مُنْتَظِرُونَ
Artinya,
“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka
(untuk mencabut nyawa mereka) atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan
beberapa ayat Tuhanmu. Pada hari datangnya ayat dari Tuhanmu, tidaklah
bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman
sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.
Katakanlah: "Tunggulah olehmu sesungguhnya Kamipun menunggu (pula).” (QS
Al-An'am: 158).
Dari penjelasan yang telah dipaparkan tadi,
hendaknya kita mulai berbenah diri dan muhasabah untuk merenungkan kembali
hal-hal yang sudah kita lakukan selama ini. Mulailah kita bersitigfar kepada
Allah, dan meminta maaf pada keluarga, kerabat hingga teman dan orang-orang
yang mungkin pernah kita sakiti hatinya.
Komentar
Posting Komentar