SEDERHANALAH

Sederhana bukan berarti kekurangan. Ia adalah sikap sadar untuk tidak berlebihan, bahkan ketika ada kesempatan untuk bermewah-mewahan. Di tengah dunia yang semakin riuh oleh pameran gaya hidup, kesederhanaan menjadi bentuk ketegasan yang tenang. Ia tak berisik, tapi menggetarkan.

Zaman ini seringkali menilai dari apa yang tampak. Kemewahan dianggap keberhasilan, kesederhanaan dianggap kegagalan. Maka tak heran, banyak orang sibuk membungkus diri dengan simbol: mobil mahal, pakaian bermerk, pesta besar, dan segala yang bisa diabadikan untuk mendapat pengakuan. Padahal, kehidupan tak selalu tentang apa yang terlihat.

Di sisi lain, banyak yang sedang bertahan hidup. Membayar kebutuhan pokok pun berat. Ketika kesenjangan ini dipertontonkan tanpa rasa empati, luka sosial pun muncul. Rasa keadilan terusik bukan hanya oleh angka, tapi oleh sikap. Bukan soal kaya atau miskin, tapi soal tahu diri.

Kesederhanaan bukan berarti tidak mampu. Justru butuh kekuatan untuk menahan diri saat bisa lebih. Butuh kebesaran hati untuk berkata “cukup” saat dunia terus mendorong kita untuk “lebih”. Seseorang yang sederhana tahu bahwa harga diri tidak terletak pada apa yang dimiliki, tapi pada bagaimana ia hidup.

Orang yang sederhana tidak menciptakan jarak. Ia ringan didekati, wajar saat dilihat, dan tenang dalam bersikap. Ia tidak sibuk menjaga citra karena yang dijaga adalah nurani. Dalam kesederhanaan, seseorang lebih mudah jujur, lebih fokus bekerja, dan lebih mampu mendengar.

Banyak keresahan sosial muncul karena sikap pamer. Bukan karena orang marah melihat orang lain sukses, tapi karena cara menunjukkan keberhasilan itu menyinggung keadilan sosial. Maka, menjadi sederhana saat punya kuasa, punya harta, atau punya nama—adalah keteladanan yang langka dan sangat bermakna.

Sederhana juga menciptakan ketenangan. Tidak dibebani oleh gengsi, tidak sibuk tampil, dan tidak khawatir kehilangan. Hidup menjadi lebih merdeka, lebih jujur, dan lebih membumi. Dalam kesederhanaan, ada ruang untuk orang lain, ada ruang untuk mendengar, dan ada ruang untuk peduli.

Jika lebih banyak orang memilih untuk hidup sederhana, maka dunia akan terasa lebih ringan. Tidak semua harus mewah. Tidak semua harus ditunjukkan. Dan tidak semua harus ditanggapi dengan persaingan.

Sederhanalah. Karena dari sikap itu tumbuh hormat, lahir kepercayaan, dan terbangun hubungan yang setara. Sederhana bukan gaya lama, melainkan nilai yang akan selalu relevan.

"Orang besar itu bukan yang paling banyak hartanya, tapi yang paling mampu menahan diri di tengah kesempatan untuk berlebih-lebihan."

Salam edukasi☺️

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Percaya Diri, Bukan Sombong

Syukur Sabar Ikhlas

Memahami Takdir dengan Bijak