Mari Memperbaiki Diri



Sejatinya manusia tidak pernah luput dari kekurangan, kesalahan, dan dosa. Tidak ada manusia yg sempurna, bahkan sebaik-baik manusia tetap memiliki titik lemah. Tetapi yg membedakan seorang mukmin dari orang yg lalai adalah adanya kesadaran utk memperbaiki diri, kembali ke jalan Allah, dan berusaha menjadi lebih baik setiap hari.

“Innallāha lā yughayyiru mā biqaumin hattā yughayyirū mā bi’anfusihim” (QS Ar-Ra’d:11) (Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yg ada pd diri mereka sendiri).

Ayat ini menunjukkan bahwa perubahan nasib tidak akan datang secara otomatis dari luar, melainkan harus dimulai dari perubahan diri sendiri. Bila kita ingin masyarakat yg damai, maka setiap individu harus berusaha menahan diri dari perbuatan yg merusak. Bila kita ingin bangsa yg kuat, maka kita harus membangunnya dari pribadi-pribadi yg berakhlak baik dan berintegritas.

“Kullu bani Ādam khattā’, wa khairul khattā’īn at-tawwābūn.” ( Hadits sahih riwayat Tirmidzi) (Setiap anak Adam banyak berbuat salah, dan sebaik-baik orang yg banyak berbuat salah adalah mereka yg banyak bertaubat).

Hadis ini sangat relevan dg kehidupan kita. Manusia tidak mungkin steril dari salah. Namun Islam mengajarkan agar kesalahan itu tidak dibiarkan menumpuk. Setiap kesalahan harus menjadi pintu menuju taubat dan perbaikan. Maka orang yg mulia bukanlah yg tidak pernah salah, melainkan yg mau menyadari kesalahannya dan memperbaikinya.

Ada beberapa hal penting yg harus kita renungkan dlm proses memperbaiki diri:

Pertama, perbaiki iman dan tauhid.

Iman adalah fondasi hidup seorang Muslim. Jika iman lemah, semua amal menjadi rapuh. Maka memperbaiki diri harus dimulai dg memperkuat hubungan kita dg Allah, meyakini bahwa hanya Allah tempat bergantung, dan tidak menyekutukan-Nya dg apa pun. Iman akan bertambah bila kita mendekat kepada Allah dg ibadah, dzikir, dan amal shalih, serta akan berkurang bila kita jauh dari-Nya.

Kedua, perbaikan ibadah.

Shalat, puasa, zakat, membaca Al-Qur’an, dan ibadah lainnya bukan sekadar rutinitas, tetapi sarana menyucikan hati. Allah menegaskan bahwa shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Artinya, bila shalat kita belum mampu mencegah dari dosa, maka shalat itu harus kita perbaiki kualitasnya.

Ketiga, perbaikan akhlak.

Rasulullah ﷺ diutus utk menyempurnakan akhlak manusia. Akhlak yg baik menjadi bukti nyata iman yg benar. Mengendalikan lisan, menjaga amanah, menepati janji, menghormati orang tua, menyayangi anak-anak, dan bersikap adil adalah contoh akhlak mulia. Jika akhlak rusak, maka rusak pula masyarakat. Sebaliknya, jika akhlak diperbaiki, maka kebaikan akan menyebar luas.

Keempat, perbaikan hubungan sosial.

Islam bukan hanya mengatur hubungan dg Allah, tapi juga hubungan dg sesama manusia. Seringkali dosa besar justru muncul dari perlakuan buruk terhadap orang lain: menipu, memfitnah, mengambil hak orang lain, menzhalimi tetangga, dan merusak persaudaraan. Memperbaiki diri berarti juga memperbaiki cara kita berinteraksi dg keluarga, tetangga, sahabat, bahkan lingkungan kerja.

Di zaman sekarang, tantangan memperbaiki diri semakin berat. Perkembangan teknologi membawa dua sisi: manfaat yg besar sekaligus godaan yg berbahaya. Media sosial bisa menjadi sarana dakwah, tetapi juga bisa menjadi tempat menyebarkan fitnah dan permusuhan. Selain itu, tantangan lain datang dari budaya hedonisme dan materialisme. Banyak orang menilai hidup dari harta, jabatan, atau penampilan. Padahal nilai seorang Muslim di sisi Allah bukanlah hartanya, melainkan ketakwaannya. Karena itu, mari kita luruskan niat dan cara pandang kita: bukan sekadar mengejar dunia, tetapi juga memperbaiki bekal utk akhirat.

Perbaikan diri bukan hanya bermanfaat utk pribadi, tapi juga utk masyarakat dan bangsa. Individu yg baik akan membentuk masyarakat yg sehat. Dan masyarakat yg sehat akan melahirkan bangsa yg kuat. Jadi, memperbaiki diri sejatinya adalah investasi sosial dan nasional.

Jika setiap Muslim berusaha memperbaiki diri, kita tidak akan mudah terpecah oleh perbedaan. Kita tidak akan saling curiga, saling benci, atau saling merugikan. Sebaliknya, kita akan saling menolong, saling mendukung, dan saling menebarkan kasih sayang.

Mari kita gunakan kesempatan hidup ini utk selalu memperbaiki diri. Waktu kita terbatas. Setiap hari yg berlalu tidak akan kembali. Jika hari ini kita lalai, maka esok belum tentu sempat memperbaikinya. Karena itu, jangan menunda perbaikan. Jangan menunggu tua utk bertaubat, jangan menunggu lapang utk beramal, jangan menunggu sakit utk bersyukur. Mulailah sekarang, mulailah dari diri sendiri, mulailah dari hal-hal kecil.

Semoga Allah memberi kita kekuatan utk memperbaiki diri, mengampuni dosa-dosa kita, menerima amal kita, dan menutup hidup kita dg husnul khatimah. Aamiin.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Percaya Diri, Bukan Sombong

Syukur Sabar Ikhlas

Memahami Takdir dengan Bijak