Syukur Sabar Ikhlas
Hidup ini adalah perjalanan penuh ujian. Tak
ada manusia yang terlepas dari cobaan, dan tak ada satu pun nikmat yang kita
miliki kecuali datang dari Allah. Dalam menghadapi kehidupan ini, ada tiga
kunci utama yang harus tertanam dalam hati seorang mukmin: syukur, sabar,
dan ikhlas.
Tiga kata yang sederhana diucapkan, tapi berat
diamalkan. Namun ketiganya adalah tiang-tiang yang menopang keimanan kita.
Barang siapa yang mampu bersyukur dalam nikmat, bersabar dalam ujian, dan
ikhlas dalam amal, maka ia telah menemukan jalan keselamatan di dunia dan
akhirat.
Allah ﷻ berfirman dalam Surah Ibrahim ayat 7:
وَاِذْ
تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ
اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
"Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu. Tetapi jika
kamu kufur (mengingkari nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih."
Lihatlah, betapa besar pengaruh syukur. Ia
bukan hanya menjaga nikmat, tapi menjadi sebab bertambahnya nikmat. Namun
berapa banyak dari kita yang lupa bersyukur? Kita bangun pagi dalam keadaan
sehat, bisa melihat, bisa berjalan, bisa makan, tapi lidah ini berat mengucap,
"Alhamdulillah."
Kita sering sibuk menghitung apa yang belum
kita punya, sampai lupa mensyukuri apa yang sudah ada. Kita iri dengan rezeki
orang lain, padahal mungkin ada orang lain yang justru iri dengan kesehatan dan
keluarga yang kita miliki.
Bersyukur bukan hanya diucapkan, tapi
diwujudkan dengan taat. Syukur yang sejati adalah ketika nikmat yang kita
terima, membuat kita semakin dekat kepada Allah, bukan sebaliknya. Jangan
sampai nikmat membuat kita lalai, karena nikmat yang tidak disyukuri bisa
berubah menjadi istidraj — ujian yang menipu.
Lalu bagaimana jika hidup terasa berat? Ketika
kehilangan datang, saat doa belum dikabulkan, dan harapan tak sesuai kenyataan?
Di sinilah sabar menjadi perisai. Sabar
bukan berarti diam tanpa usaha. Tapi sabar adalah ketika hati tetap teguh dalam
keimanan, meskipun keadaan menguji kesabaran.
Rasulullah ﷺ bersabda:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ
خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ
فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
"Sungguh menakjubkan urusan seorang
mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah kebaikan baginya. Jika mendapat
kesenangan, ia bersyukur, itu baik baginya. Jika ditimpa musibah, ia bersabar,
itu pun baik baginya."
Ini adalah ciri mukmin sejati: hatinya kuat
bukan karena hidupnya mudah, tapi karena ia selalu bersyukur dan bersabar. Berapa
banyak dari kita yang hanya bersabar di lisan, tapi hatinya penuh keluh kesah?
Sabar sejati adalah ketika tidak ada keluhan kepada manusia, dan tidak ada
sangka buruk kepada Allah. Ia menangis, iya. Ia sedih, iya. Tapi ia tetap yakin
bahwa semua yang Allah takdirkan pasti ada hikmahnya.
Lalu, setelah syukur dan sabar, ada ikhlas
— inti dari semua amal. Ikhlas adalah saat kita melakukan segalanya karena
Allah, bukan karena ingin dilihat, dipuji, atau dinilai orang. Betapa banyak
amal besar yang gugur karena tidak ikhlas. Betapa banyak orang yang terlihat
berbuat baik, tapi hatinya sibuk mengejar pujian manusia. Padahal, Allah tidak
melihat apa yang kita lakukan di depan orang, tapi apa yang tersembunyi dalam
hati kita. Ikhlas tidak mudah. Ia butuh perjuangan. Kadang kita merasa sudah
ikhlas, tapi dalam diam kita berharap pengakuan. Ikhlas adalah kerja hati yang
terus dibersihkan. Ia seperti akar pohon — tak terlihat, tapi menentukan apakah
pohon itu akan tegak atau tumbang.
Mari kita jadikan tiga amalan ini sebagai
cermin kehidupan. Jika sedang diberi nikmat, periksa: sudahkah aku
bersyukur? Jika sedang diuji, tanya diri: sudahkah aku bersabar? Dan
dalam semua amal, renungkan: apakah aku sudah ikhlas?
Ingatlah, Allah tidak menilai hasil, tapi
usaha kita untuk tetap istiqamah dalam syukur, sabar, dan ikhlas.
Jika kita mampu memelihara ketiganya, maka
dalam kondisi apa pun — senang atau susah, kaya atau miskin, sehat atau sakit —
hati kita akan tetap tenang. Sebab kita tahu, hidup ini bukan tentang apa yang
terjadi pada kita, tapi bagaimana kita meresponnya dengan iman.
Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang
bersyukur dalam kelapangan, bersabar dalam kesempitan, dan ikhlas dalam seluruh
amal perbuatan.
Komentar
Posting Komentar