Jangan Diskriminatif
Islam adalah agama yang menolak dengan
sangat tegas adanya diskiriminasi dan intimidasi terhadap sesama. Islam
memandang hak seluruh umat manusia, baik laki-laki dan perempuan, sebagai hamba
Allah yang setara dan tidak ada perbedaan di antara keduanya.
Allah Ta’ala berfirman dalam surat An-Nahl ayat 97:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ
اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ
اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Artinya: “Barangsiapa mengerjakan
kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti
akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Dalam ayat lain Allah swt berfirman
dalam Surat An-Nisa ayat 124:
وَمَنْ يَّعْمَلْ مِنَ الصّٰلِحٰتِ
مِنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَاُولٰۤىِٕكَ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ وَلَا
يُظْلَمُوْنَ نَقِيْرًا
Artinya: “Siapa yang beramal saleh,
baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia beriman, akan masuk ke dalam
surga dan tidak dizalimi sedikit pun”
Pada surat An-Nahl ayat 97 tersebut,
Allah menegaskan kesetaraan dengan menjelaskan bahwa seluruh umat manusia, baik
laki-laki maupun perempuan, memiliki derajat yang sama di sisi Allah. Allah
menjanjikan kehidupan yang baik dan balasan melebihi amal perbuatan bagi mereka
yang melakukan kebaikan, berupa amal saleh dengan didasari keimanan di dalam
hati mereka.
Selanjutnya, pada surat An-Nisa ayat
124 Allah swt juga menjanjikan surga dan tidak akan ada kezaliman bagi siapa
saja yang melakukan sesuai dengan perintah-Nya.
Dalam menafsirkan Surat An-Nahl ayat
97, Imam Ibnu Katsir menjelaskan, hal ini merupakan janji dari Allah bagi orang
yang melakukan amal saleh, yaitu amal yang mengikuti kitab Allah dan sunnah
nabi-Nya, baik dari kalangan laki-laki maupun perempuan yang hatinya beriman
kepada Allah dan rasul-Nya. Allah akan menjanjikan kepada mereka
berupa kehidupan yang baik di dunia. Selain itu, Allah juga akan memberikan
balasan di akhirat kelak dengan balasan yang lebih baik daripada amalnya.
Dari apa yang dijelaskan oleh Imam
Ibnu Katsir tersebut, dapat dipahami bahwa Allah memperlakukan setara dan tidak
ada tebang pilih terhadap hamba-Nya. Konsep kesetaraan derajat yang
digaungkan oleh Islam adalah untuk menyatukan umat manusia dalam ikatan tali
persaudaraan, saling mengenal satu sama lain dan menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan.
Oleh karenanya, Allah memberi
penjelasan yang sangat terang bahwa yang dapat menjadi pembeda di antara umat
manusia hanya kadar ketakwaan kepada-Nya.
Allah Ta’ala dalam Surat Al-Hujurat
ayat 13:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا
خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ
اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya
Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian,
Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah
orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Mahateliti”.
Ayat ini dengan sangat jelas
menggambarkan adanya perbedaan suku dan bangsa merupakan kehendak Allah dan
menjadi gambaran tentang kesetaraan. Allah menciptakan umat manusia dengan
perbedaan bangsa, suku, etnis, bahasa, dan yang lainnya agar saling mengenal
satu sama lain. Selanjutnya, ayat ini juga menjelaskan bahwa hanya ketakwaanlah
yang menjadi pembeda derajat manusia di sisi Allah. Oleh
karenanya, tidak selayaknya bagi kita umat manusia merasa diri kita lebih
tinggi derajatnya dibanding yang lain, dan kita tetap fokus untuk meningkatkan
kualitas ketakwaan kita hanya kepada Allah, bukan mencari perbedaan yang
mengakibatkan putusnya silaturahim kita.
Komentar
Posting Komentar