Menjadi Muslim Sejati
Menjadi seorang muslim sejati,
tidaklah cukup dengan ucapan dan klaim saja, setidaknya seseorang harus
memiliki tiga sifat.
Pertama, Al-Yakin yaitu percaya dan mantap akan Allah Swt,
Rasulullah SAW, dan agama Islam. Tiga hal ini merupakan materi utama yang akan
ditanyakan oleh malaikat kepada kita di alam barzah nanti. Kedudukan al-Yakin sangat tinggi
di sisi Allah Swt. Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam kitab-nya Madarijus Salikin,
Bab Manzilatul Yakin menyebutkan, beberapa ayat tentang kedudukan yakin. Di
antaranya disebutkan dalam surat Al-baqarah ayat 4 dan 5. Beliau menyebutkan
bahwa Allah Swt mengkhususkan, hanya mereka yang mencapai derajat al-yaqin yang
mendapat petunjuk Allah Swt. Allah berfirman:
وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ
إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (٤) أُولَئِكَ
عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
"Dan mereka yang beriman kepada
Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah
diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung." (QS.Al-Baqarah: 4-5)
Sangat jelas dari ayat itu bahwa cara
untuk menjaga hidayah adalah dengan memupuk keyakinan. Tanpa itu, seorang
muslim bisa goyah. Banyak kisah menjadi pelajaran. Misalnya, pada zaman nabi seseorang
telah beriman kepada nabi Muhammad SAW, kemudian ikut hijrah ke Madinah bersama
beliau. Namun ia kemudian goyah oleh kuda peliharaannya di Mekkah. Ia kemudian
menyalahkan jalan hijrahnya.
Yakin menurut ulama Abu Bakar Al
Wara, ada tiga tingkatan, yaitu :
a. Al-Yaqin al-Akhbar. Yakni meyakini
seluruh berita informasi yang Allah sampaikan kepada Rasulullah dan risalah
yang beliau bawa. Mencakup informasi yang terdapat dalam Al-Quran maupun hadis
Rasululloh SAW, terkait perkara yang sudah berlalu maupun terkait dengan
hal-hal yang belum terjadi. Ini harus kita mantapkan dalam diri kita.
b. Al-Yaqin ad-dalalah. Yakni yakin
dan percaya kepada setiap bukti dan dalil yang membenarkan berita-berita
tersebut. Yakin terhadap Al-Quran, hadits, dan setiap mukjizat Rasulullah SAW.
c. Yaqin al-Musyahadah. Ini merupakan
tingkatan yakin paling tinggi. Hanya tingkatan para wali Allah dari kalangan
para sahabat dan ahli ibadah yang mencapai level ini. Al-Musyahadah adalah
tingkatan keyakinan terhadap hal yang gaib atau tidak tampak, namun seakan-akan
dia melihat dengan mata kepalanya sendiri. Itulah keyakinan yang sempurna.
Keyakinan para sahabat pernah diungkapkan oleh Amir bin Abdul Qais bahwa
seandainya surga dan neraka ditampakkan, mereka tidak akan bertambah keyakinan.
Karena keyakinan mereka sudah sempurna tanpa perlu bukti yang kasat mata.
Kedua, sifat
at-Taslim. Yaitu berserah
diri kepada Allah Swt., kepada rasulnya dan kepada agamanya.
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى
اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ
"Tidak patut bagi seorang
mukmin, baik seorang laki-laki maupun perempuan, ketika Allah sudah memutuskan
perkara kemudian mereka memiliki pilihan yang lainnya" (QS.Al-Ahzab: 36).
Itu bukan sifat mukmin sejati. Ketika
Allah dan rasulnya memilih warna putih (perintah dan larangan), seorang muslim
yang sejati tidak ada pilihan warna yang lain. Mereka tunduk dan patuh kepada
Allah dan tunduk patuh pada aturannya. Selaras dengan hal ini, Allah berfirman:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ
يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا
مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada
hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara
yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka
sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya." (An-Nisa': 65)
Sifat muslim yang
ketiga, at-Tadhiyyah atau
rela berkorban. Yakni rela berkorban di jalan Allah karena sesungguhnya iman
itu menuntut cinta dan cinta itu menuntut pengorbanan. Tidak ada Iman kecuali
didasari cinta dan tidak ada cinta kecuali dia harus ada pengorbanan. Imannya
Nabi Nuh, cintanya Nabi Nuh, menjadikan Nabi Nuh mampu mewakafkan jiwa dan
raganya, mewakafkan nafas dan umurnya selama 950 tahun di jalan Allah. Dalam
satu ayat Allah mengabarkan ungkapan Nabi Nuh:
قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلا
وَنَهَارًا
"Nuh berkata, 'Ya Tuhanku sesungguhnya aku
telah menyeru kaumku malam dan siang'." (Nuh: 5)
Nabi Nuh berdakwah selama itu dan
tidak ada yang menyambut, tetapi ia tidak bosan. Inilah sifat mukmin yang
sempurna. Semoga kita semua memiliki tiga sifat yang saya disebutkan tadi
yaitu: yakin, berserah diri, dan rela berkorban
Komentar
Posting Komentar