Raih Kemenangan

 




Sejak tadi malam hingga saat ini, di setiap tanggal 1 Syawal kaum Muslimin seluruh dunia mengumandangkan takbir, tahmid dan tahlil, mengungkapkan rasa dan persaksian, bahwa Dialah Rabb yang Maha Agung, sekaligus menyadarkan kepada setiap hati yang beriman, betapa lemahnya manusia dihadapan Allah swt dan betapa kuasa dan perkasanya Dia Yang Maha Agung itu dihadapan seluruh makhluk-Nya. Harta, jabatan, kemuliaan yang disandang oleh siapapun di dunia, tiadalah berarti sama sekali bila disandingkan dengan keagungan Allah SWT., Alla-hu Akbar. Alla-hu Akbar. Alla-hu Akbar. Wa lilla-hil Hamd.

Suasana syahdu menyadarkan kita kepada hakikat penciptaan dan pemeliharaan: bahwa Allah swt adalah pencipta diri ini, dari mulai keberadaannya hingga ketiadaannya. Siang dan malam digerakkan dan didiamkan olehNya. Alam semesta berada dalam kendaliNya. Jikalau kesadaran seperti ini terpelihara dalam hati kita,  niscaya tidak ada di antara kita menjadi orang sombong, iri, dengki dan hasud kepada sesama manusia, bebal, malas, bodoh, tidak taat dan tidak tahu malu dihadapan Rabbnya.

Inilah perasaan hati, suara fitrah manusia, kalimat suci, walaupun – karena kesibukan, dosa-dosa dan nafsu rendah kita-, kalimat suci tersebut sering terabaikan, sehingga suaranya begitu lemah, hanya sayup-sayup seperti terdengar dari kejahuan. Suara suci itulah yang saat ini sontak menggetarkan hati, terlebih saat dikumandangkan takbir Idul Fitri, Allahu Akbar ,Allahu Akbar, Allahu Akbar. Allahu Akbar walillahil hamd.

Kalimat suci tersebut jika benar-benar tertancap dalam jiwa kita maka hilanglah segala ketergantungan hati kita kepada unsur-unsur lain selain Allah, tiada tempat menitipkan harapan dan tiada tempat mengabdi kecuali hanya kepada Allah SWT semata

Ramadan merupakan arena kita berlatih menahan diri dari segala macam godaan material yang bisa membuat kita lupa diri. Ramadan adalah wahana penempaan diri sekaligus saat-saat dilimpahkannya rahmat , ampunan, dan pembebasan dari api neraka (itqun minan nâr).

Setelah melewati momen-momen penting sebulan penuh, umat Islam pun berhak mendapatkan hasilnya. Apa hasil itu? Jawabannya tak lain adalah predikat “takwa”.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Allahu akbar. Karena puasa sudah kita lewati dan tak ada jaminan kita bakal bertemu Ramadan yang akan datang, pertanyaan berikutnya adalah"apa tanda-tanda kita telah mencapai kemenangan?".

Jika standar capaian tertinggi puasa adalah takwa, maka tanda-tanda bahwa kita sukses melewati Ramadan pun tak lepas dari ciri-ciri muttaqîn (orang-orang yang bertakwa). Semakin tinggi kualitas takwa kita, indikasi semakin tinggi pula kesuksean kita berpuasa. Demikian juga sebaliknya, semakin hilang kualitas takwa dalam diri kita, pertanda semakin gagal kita sepanjang Ramadan kemarin.

Lantas, apa saja ciri-ciri orang bertakwa?

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ

"(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada saat sarrâ’ (senang) dan pada saat dlarrâ’ (susah), dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS Ali Imran: 134)

Ayat tersebut memaparkan tiga sifat yang menjadi ciri orang bertakwa.

Pertama, gemar menyedekahkan sebagian hartanya dalam kondisi senang ataupun sulit. Dalam konteks Ramadan dan Idul Fitri, sifat takwa pertama ini sebenarnya sudah mulai didorong oleh Islam melalui ajaran zakat fitrah. Zakat fitrah merupakan simbol bahwa “rapor kelulusan” puasa harus ditandai dengan mengorbankan sebagian kekayaan kita dan menaruh kepedulian kepada mereka yang lemah. Dari sini, dapat dipahami bahwa zakat fitrah hanyalah awal atau “pancingan” bagi segenap kepedulian sosial tanpa henti pada bulan-bulan berikutnya.

Ciri kedua orang bertakwa adalah mampu menahan amarah. Marah merupakan gejala manusiawi, wajar, tapi orang-orang yang bertakwa tidak akan mengumbar marah begitu saja. Patutlah pada kesempatan lebaran ini, umat Islam mengontrol emosinya sebaik mungkin. Ramadan semestinya telah melatih orang untuk berlapang dada, bijaksana, dan tetap sejuk menghadapi situasi.

Ciri ketiga orang bertakwa adalah memaafkan kesalahan orang lain. Sepanjang Ramadan, umat Islam paling dianjurkan memperbanyak permohonan maaf kepada Allah dengan membaca: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anna, "Wahai Tuhan, Engkau Maha Pengampun, menyukai orang yang minta ampunan, ampunilah aku." Bila diri kita sendiri saja tak mungkin suci dari kesalahan, alasan apa yang membuat kita tidak mau memaafkan kesalahan orang lain? Maaf merupakan sesuatu yang singkat namun bisa terasa sangat berat karena persoalan ego, gengsi, dan unsur-unsur nafsu lainnya.

Maka amatlah arif ulama-ulama di Tanah Air yang menciptakan tradisi bersilaturahim dan saling memaafkan di momen lebaran. Sempurnalah, ketika kita usai membersihkan diri dari kesalahan-kesalahan kepada Allah, selanjutnya kita saling memaafkan kesalahan masing-masing di antara manusia. Semoga dengan idul fitri ini, segala dosa kita diampuni oleh Allah swt, suci bersih sebagaimana bayi yang baru dilahirkan. Aamiin ya robbal alamiin.

KHUTBAH II

الله أكبر x7  اَلْحَمْدُ للهِ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ. وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَلاَهُ. وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. أَمَّا بَعْدُ: أَيــُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ، فَأَكْثِرُوْا مِنَ الصَّلاَةِ عَلَى النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ، إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأيــُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْحَمْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَآأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

Hadirin, pada khutbah kedua ini, marilah kita menundukkan hati dan pikiran kita seraya bermunajat ke hadirat Allah SWT, memohon ridha dan perkenanNya.

Allahumma ya Allah, ya Tuhan kami. Kami panjatkan segala puji dan syukur atas segala rahmat dan karunia yang telah Engkau limpahkan kepada kami, nikmat sehat wal ‘afiat, nikmat ilmu pengetahuan dan nikmat iman serta Islam.

 Ya Allah, ya Tuhan kami. Jadikanlah kami semua hamba-hambaMu yang pandai mensyukuri nikmat-Mu, dan janganlah Engkau jadikan kami hamba-hamba yang ingkar dan kufur terhadap segala nikmat yang telah Engkau berikan kepada kami.

Allahumma ya Allah, ya Tuhan kami. Ampunilah segala dosa dan kesalahan kami, kesalahan dan dosa kedua orang tua kami, kesalahan dan dosa saudara-saudara kami kaum muslimin dan muslimat yang telah melalaikan perintah-Mu dan melaksanakan larangan-Mu. Andaikan Engkau tidak mengampuni dan memaafkan kami, kemana lagi kami mengadu selain kepadaMu ya Rabb. Sedangkan kami sangat takut pada adzab-Mu ya Allah.

Ya Alla, janganlah Engkau timpakan adzab-Mu kepada kami karena dosa dan kesalahan kami. Ampunilah kami ya Allah. Kami yakin ya Allah, rahmat dan ampunan-Mu jauh lebih luas daripada adzab-Mu.

Allahumma ya Allah, ya Tuhan kami. Terimalah segala amal ibadah kami, terimalah ibadah puasa kami, terimalah shalat kami. Jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang selalu bertaqwa, yang ridha dan ikhlas untuk melaksanakan segala aturan-Mu, yang ridha dan ikhlas, Islam sebagai ajaran-Mu, yang ridha dan ikhlas, Al-Qur'an sebagai imam dan petunjuk kami, yang ridha dan ikhlas, Nabi Muhammad Saw. sebagai panutan kami.

Ya Allah, ya Tuhan kami, kami mohon Engkau ampuni, ya Rabbi, bahwa pada waktu Engkau memberi karuniaMu, kami mungkin kurang dapat mensyukuri nikmat, namun pada waktu Engkau memberi cobaan, kami masih pula meragukan kasih sayangMu.

Ya Allah ya Rabb… sebulan lamanya kami berpuasa, hari ini kami mohon keharibaanMu ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang kembali kepada fitrah kesucian lahir dan batin, yang  memperoleh sukses dan kemenangan.

Ya Allah, hari ini kami bersimpuh dihadapanMu ya Allah, di tengah keharuan kami ini, jika kami menangis, jadikanlah setiap tetes air mata hambaMu sebagai pemadam panasnya api neraka ya Allah, jadikanlah kami menjadi hambaMu yang pandai bersyukur, mau mentaati perintahmu, sehingga kami pantas mendapatkan kasih sayangMu di dunia maupun di akhirat, dan mendapat predikat taqwa kepada Mu yaa Allah. Aamiin.

 

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا.رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّا مِنَ الخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saleh Pribadi dan Sosial

Menyambut Tahun Baru 1446 H

Dalam Perintah Syari'at Ada Kejayaan