Metode Demonstrasi


METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA


Oleh: Syamsul Rijal, S.Pd.I
(Guru SDN 203 Bongka Manu Desa Solo Kec. Angkona Kab. Luwu Timur)


Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk Mata Pelajaran IPA, bahwa IPA adalah “cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta”. Dalam proses mencari tahu ini pembelajaran IPA dirancang untuk mengembangkan Kerja Ilmiah dan Sikap Ilmiah siswa Pengertian tersebut mengandung makna bahwa proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar menuntut guru mampu menyediakan dan mengelola pembelajaran IPA dengan suatu metode dan teknik penunjang yang memungkinkan siswa dapat mengalami seluruh tahapan pembelajaran yang bermuatan keterampilan proses, sikap ilmiah, dan penguasaan konsep. Sementara kenyataan di lapangan, pada mayoritas SD, tuntutan karakteristik pendidikan IPA sebagaimana diamanatkan oleh KTSP masih jauh dari yang dimaksudkan.

Metode demonstrasi adalah salah satu metode pembelajaran yang menitik beratkan pada upaya guru menggunakan alat peraga yang jumlahnya sangat terbatas untuk memperjelas konsep dan memfasilitasi kinerja siswa.

1. Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses didasarkan pada cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya yang diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar dengan memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap dan nilai, serta keterampilan (Karso,dkk., 1993:186). Beberapa alasan mengapa pendekatan keterampilan proses perlu diterapkan dalam kegiatan belajar-mengajar bagi (khususnya) sekolah pendidikan dasar:
  • Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung semakin cepat, sehingga guru akan mengalami kesulitan jika harus mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa.
  • Dengan keterampilan proses mereka dapat menemukan sendiri konsep-konsep dari berbagai sumber belajar melalui latihan-latihan yang berkualitas dan terencana dengan baik.
  • Secara psikologis siswa pada pendidikan dasar akan dengan mudah memahami konsep-konsep yang abstrak dan rumit jika disertai dengan contoh-contoh konkrit, memulai dengan konsep yang telah mereka miliki sebelumnya, dan berlangsung wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
  • Pemahaman siswa yang didapat melalui keterampilan proses akan lebih bermakna dan dapat mengingat lebih lama, lebih lebih jika mereka mendapat kesempatan mempraktekkan sendiri, melakukan penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik dan penanganan benda-benda.
  • Siswa perlu dilatih dan dirangsang untuk selalu bertanya, berpikir kritis-objektif, serta terbiasa mengupayakan kemungkinan-kemung-kinan jawaban terhadap sesuatu masalah.
Dengan merujuk kepada Nuryani Rustaman (1992) keterampilan proses dasar yang memungkin dikembangkan dalam pembelajaran sains di SD adalah:

1. Melakukan pengamatan (observasi)
Keterampilan ini berhubungan dengan penggunaan secara optimal dan proporsional seluruh alat indera untuk menggambarkan karakteristik obyek dan hubungan ruang-waktu atau mengukur karakteristik fisikal benda-benda yang diamati. Pengamatan dapat dilakukan secara langsung dengan penginderaan (baik pakai alat bantu maupun tidak) dan tak langsung (misalnya melalui perhitungan dengan menggunakan fakta-fakta hasil pengamatan).

Pengamatan juga dapat dilakukan dengan alat bantu maupun tidak. Dalam pendidikan sains, pengembangan keterampilan proses sains harus memungkinkan siswa dapat melakukan pengamatan dengan menggunakan panca inderanya secara optimal baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. Kualitas pengamatan berkaitan dengan ketepatan dan keakuratan data hasil pengamatan; sedangkan kuantitas berhubungan dengan jumlah alat indera yang terlibat dalam kegiatan pengamatan. Contoh: " Perhatikanlah tiga buah permen yang ada di hadapan kalian". Sebutkanlah permen mana yang paling besar, berapa cm panjang masing-masing permen tersebut; Jelaskan rasa masing-masing permen; dan sebutkanlah empat perbedaan diantara ketiga permen tersebut.

2. Mengajukan pertanyaan
Setiap berhadapan dengan suatu masalah semestinya siswa mengajukan pertanyaan:. Untuk sampai pada keterampilan ini, guru harus terlebih dahulu menunjukkan pola berpikir "Apa - Mengapa - dan Bagaiama" dalam setiap mengupas suatu masalah bersama-sama dengan siswa. Keberanian siswa untuk bertanya, harus ditumbuhkan guru dalam setiap pembelajaran. Contoh: Sajikanlah ke hadapan siswa suatu fenomena alam atau ilustrasi fenomena alam yang menarik, aneh, mengundang keingintahuan. Mintalah siswa untuk mengajukan (menuliskan) hal-hal yang ingin diketahui lebih lanjut.

3. Menafsirkan hasil pengamatan (interpretasi dan inferensi)
Interpretasi meliputi keterampilan mencatat hasil pengamatan dengan bentuk angka-angka, menghubung-hubungkan hasil pengamatan, menemukan pola atau keteraturan dari satu seri pengamatan hingga memperoleh kesimpulan. Sedangkan Inferensi adalah kesimpulan sementara berdasarkan data hasil observasi. Bahkan seringkali hanya berupa penjelasan sederhana terhadap hasil observasi.

4. Mengelompokkan (klasifikasi)
Dasar keterampilan mengklasifikasi adalah kemampuan mengidentifikasi perbedaan dan persamaan antara berbagai objek yang diamati. Termasuk ke dalam jenis keterampilan ini adalah menggolong-golongkan, membandingkan, mengkontraskan, dan mengurutkan. Contoh: Berikanlah kepada siswa sejumlah daun yang utuh dari beragam bentuk dan tumbuhan, mintalah siswa mengelompokkan daun-daun tersebut.

5. Meramalkan (prediksi)
Keterampilan meramalkan atau prediksi mencakup keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola data yang sudah ada.

2. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi (Demonstration method) adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Andrian, 2004:12). Metode demonstrasi dapat juga diartikan metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.

Edi Hendri (2006: 160) mengemukakan beberapa aspek yang harus dipersiapkan matang oleh guru sebelum melaksanakan metode demonstrasi terutama yang berkaitan dengan pengelolaan alat peraga/media pembelajaran. Aspek-aspek tersebut adalah:
  • Relevansi alat peraga/media yang digunakan dengan konsep/materi yang diajarkan, 
  • Kesesuaian jumlah dan kelengkapan alat peraga/media dengan tuntutan materi pembelajaran, 
  • Proporsi ukuran alat peraga/media yang digunakan sehingga mudah diamati siswa, 
  • Estetika/kerapihan alat peraga/media sehingga menarik bagi siswa, 
  • Keterampilan menggunakan alat peraga/media.
Dengan merujuk kepada karakteristik pembelajaran bermakna dengan strategi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan) sebagaimana digagaskan oleh Pusat Kurikulum depdiknas, Edi Hendri (2006:160) menjelaskan tugas atau kinerja utama guru dalam memfungsikan alat peraga atau media selama demonstrasi. Menurutnya paling tidak alat peraga/media di tangan guru saat melakukan demonstrasi harus difungsikan untuk: (1) memusatkan perhatian siswa; (2) memotivasi siswa untuk belajar; (3) membangkitkan keingintahuan siswa; (4) mengungkap pengetahuan awal siswa; (5) memperjelas pertanyaan guru; (6) memperjelas penjelasan konsep; (7) memperjelas cara kerja/pengetahuan prosedural; (8) memfasilitasi pertanyaan siswa; (9) memfasilitasi unjuk kerja siswa di depan kelas; (10) memfasilitasi siswa melakukan Keterampilan Proses Dasar (mengobservasi, mencatat data, melaporkan hasil observasi).

Kesimpulan
Faktor penting yang harus dipersiapkan guru dalam proses pembelajaran adalah mematangkan keterampilan dalam mengelola dan memfungsikan alat peraga serta keterampilan khusus agar siswa termotivasi dan berani untuk mengajukan pertanyaan. Selain itu perlu dikembangkan penggunaan catatan persiapan guru yang secara khusus berisi skenario cara-cara menggunakan alat peraga untuk tujuan pengembangan keterampilan proses.

DAFTAR PUSTAKA

BPTP Disdik Jabar. (2004). Pengantar Praktik Penilaian Pembelajaran Sains. Bandung: Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan Disdik Jabar.
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kerangka Dasar. Jakarta: Pusat Kurikulum.
Jubardi Anshori. (2006). Kegiatan Belajar Mengajar berbasis Psikologi Belajar. Surabaya: PT Wali Songo Citra Aksara.
Kasbolah. K. (1999). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.
Wuryanti. (2003). Mengembangkan Potensi Siswa dengan Media dan Alat Peraga. Surabaya: PT Wali Songo Citra Aksara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hadapi...

AMALAN

Al Ghazali, Empat Golongan