Menulis Paragraf


MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA 
DALAM MENULIS PARAGRAF

Oleh: Syamsul Rijal, S.Pd.I.
(Guru SDN 203 Bongka Manu Desa Solo Kec. Angkona Kab. Luwu Timur)

A. Pendahuluan
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan. Bahasa yang resmi, memiliki peranan yang sangat fital dalam menyatukan berbagai macam tutur bahasa di negeri ini. Dalam praktek pemakaian, para penutur bahasa tentulah dapat merasakan perbedaan antara ragam lisan dan ragam tulisan. Ragam lisan menghendaki adanya “lawan bicara” yang siap mendengar yang diucapkan oleh seseorang. Sedangkan ragam tulisan tidak selalu memerlukan “lawan bicara“ yang siap membaca yang di tuliskan oleh seseorang. Dalam ragam tulis, fungsi-fungsi gramatikal harus di nyatakan secara eksplisit agar orang yang membaca suatu tulisan, dapat memahami maksud penulisnya.

Dalam hal keterampilan menulis, bahasa di tempatkan pada tataran paling tinggi dalam proses pemerolehan bahasa. Hal ini disebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan paling produktif yang hanya di peroleh sesudah keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Oleh karena itu banyak pakar yang mengemukakan bahwa keterampilan menulis adalah hal yang paling pokok dari semua keterampilan bahasa yang ada.

Walaupun keterampilan menulis dianggap sulit namun manusia tidak bisa lepas dari kegiatan menulis. Hampir setiap aktifitas kegiatan manusia selalu terkait dengan kegiatan menulis yang merupakan salah satu alat komunikasi yang aktif dilakukan oleh semua pihak dewasa ini. Oleh karena itu keterampilan menulis harus senantiasa dikembangkan terutama dikalangan pelajar, terlebih lagi seseorang yang berpredikat sebagai guru.

Pengajaran menulis harus digalakkan sedini mungkin. Untuk itu dalam kurikulum 2006 (KTSP) mulai dari sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi, pengajaran menulis menjadi aspek pembelajaran bahasa Indonesia yang mendapat porsi yang lebih besar dari pada keterampilan berbahasa lainnya.

Agar tujuan menulis/mengarang dapat tercapai dengan baik, maka diperlukan latihan memadai dan secara terus-menerus. Selain itu, anak pun harus dibekali pengetahuan dan pengalaman tentang hal-hal yang akan ditulisnya.

B. Keterampilan Menulis
Menulis merupakan salah satu keterampilan yang dipergunakan untuk berkomuniksi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 1982).

Ahmadiah, dkk dalam Munirah (2006:1) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu bentuk komunikasi. Menulis merupakan suatu proses pemikiran yang dinilai dengan pemikiran tentang gagasan yang akan disampaikan. Menulis merupakan bentuk komunikasi yang berbeda dengan bercakap-cakap; dalam tulisan tidak terdapat intonasi, ekspresi wajah, gerakan fisik, serta yang tidak menyertai percakapan; menulis merupakan ragam komunikasi yang perlu dilengkapi dengan tanda-tanda penjelas, atau ejaan serta tanda baca, dan menulis merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan kepada khalayak pembaca yang tidak di batasi oleh jarak, tempat, dan waktu

Dalam menulis, terdapat beberapa skala prioritas. Penentuan proritas ini diharapkan dapat digunakan sebagai strategi dasar untuk memulai belajar menulis. Sebagai strategi dasar, prioritas yang dimaksud tentu saja tidak hanya berupa suatu rangkaian kemampuan yang mengarah pada terbentuknya sebuah tulisan. Rangkaian kemampuan yang dimaksud adalah: (1) kemampuan untuk mengingat dan mengapresiasi tulisan yang baik, (2) kemampuan untuk memhami proses penulisan, (3) kemampuan mempelajari tentang bagaimana sebuah tulisan itu dimulai, (4) kemampuan mengorganisasi tulisan, dan (5) kemampuan menyatakan tulisan.

C. Pentingnya Pelajaran Menulis di Sekolah Dasar
Dalam masyarakat modern, keterampilan menulis sangat berguna. Banyak jenis-jenis kegiatan menulis yang kita lakukan setiap hari, misalnya menulis surat, menulis laporan, pidato, ceramah, karangan, dan lain-lain. Dapat dikatakan bahwa hampir setiap hari manusia sebagai anggota masyarakat modern terlibat dalam kegiatan menulis, Oleh karena itu keterampilan menulis di sekolah sangat penting.

Selain itu, pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung, Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berfikir, serta dapat menolong kita berfikir secara kritis dan kreatif,

Di sekolah dasar, pengajaran menulis merupakan salah satu pokok bahasan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia yang perlu mendapat perhatian khusus. Pengajaran menulis di sekolah dasar diharapkan dapat membekali keterampilan dasar siswa dalam menulis. Oleh karena itu menulis hendaknya di mulai dari yang sangat sederhana. Dengan harapan bekal dasar yang dimiliki di sekolah dasar, dapat dikembangkan dan dimanfaatkan pada jenjang berikutnya.

D. Strategi Penemuan Terbimbing
Pembelajaran penemuan terbimbing merupakan salah satu bagian dari pembelajaran penemuan yang banyak melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dilihat dari segi kadar aktifitas interaksi antara guru dan siswa, dan antara siswa dan siswa maka penemuan terbimbing merupakan kombinasi antara pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak langsung (Santoso, 2008)

Metode pembelajaran penemuan adalah suatu metode pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi-informasi yang secara tradisional bisa diberitahukan atau diceramahkan saja (Suryabrata, 1997: 1972).

Metode pembelajaran ini merupakan suatu cara untuk menyampaikan ide/gagasan melalui proses menemukan. Fungsi pengajar di sini bukan untuk menyelesaikan masalah bagi peserta didiknya, melainkan membuat peserta didik mampu menyelesaikan masalah itu sendiri (Hudojo, 1988, 114).

Metode pembelajaran yang ekstrim seperti ini sangat sulit dilaksanakan karena peserta didik belum sebagai ilmuwan, tetapi mereka masih calon ilmuwan. Peserta didik masih memerlukan bantuan dari pengajar sedikit demi sedikit sebelum menjadi penemu yang murni. Jadi metode pembelajaran yang mungkin dilaksanakan adalah metode pembelajaran penemuan terbimbing. Dengan demikian kegiatan belajar mengajar dapat melibatkan secara maksimum baik pengajar maupun pesertra didik. Dalam pembelajaran penemuan terbimbing tugas guru cenderung menjadi fasilitator. Tugas ini tidaklah mudah, lebih-lebih kalau menghadapi kelas besar, atau adanya siswa yang lambat atau sebaliknya amat cerdas. Karena itu sebelum melaksanakan metode pembelajaran dengan penemuan ini guru perlu benar-benar mempersiapkan diri dengan baik. Baik dalam tiap hal pemahaman konsep-konsep yang akan diajarkan maupun memikirkan kemungkinan yang akan terjadi di kelas sewaktu pembelajaran tersebut berjalan. Dengan kata lain guru perlu mempersiapkan pembelajaran dengan cermat.

Ada hubungan yang kuat antara kadar dominasi guru dengan kesiapan mental untuk menginternalisasikan konsep-konsep, yaitu usia dan perkembangan mental siswa, dan hubungan antara pengetahuan awal dan konstruksi konsep yang dimiliki siswa dengan kemampuan siswa untuk mengikuti pembelajaran penemuan, baik secara terbimbing maupun secara bebas. Siswa hanya dapat memahami konsep-konsep sesuai dengan kesiapan intelektualnya, semakin muda siswa yang dihadapi oleh guru, guru perlu lebih banyak menyajikan pengalaman kepada mereka untuk menggali pengetahuan awal dan membimbing mereka untuk membentuk konsep-konsep. Sedangkan siswa yang lebih dewasa membutuhkan lebih sedikit keterlibatan aktif guru karena mereka lebih banyak berinisiatif untuk bekerja dan guru akan berfungsi sebagai fasilitator, nara sumber, pendorong, dan pembimbing.

Pembelajaran dengan penemuan siswa didorong untuk belajar yang sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri. Namun dalam proses penemuan ini siswa mendapat bimbingan dari guru agar mereka lebih terarah sehingga baik proses pelaksanaan pembelajaran maupun tujuan yang dicapai terlaksana dengan baik. Bimbingan guru yang dimaksud adalah memberikan bantuan agar siswa dapat memahami tujuan kegiatan yang dilakukan dan berupa arahan tentang prosedur kerja yang perlu dilakukan dalam kegiatan pembelajaran (Ratumanan dalam Santoo, 2008).

Beberapa keuntungan pembelajaran penemuan terbimbing yaitu siswa belajar bagaimana belajar (learn how to learn), belajar menghargai diri sendiri, memotivasi diri dan lebih mudah untuk menstransfer, memperkecil atau menghindari menghafal, dan siswa bertanggung jawab atas pembelaajrannya sendiri.

E. Tahap-tahap Pembelajaran
  • Orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang diberikan guru.
  • Mengorganisasikan siswa dalam belajar. Guru membantu siswa mendefenisikan dan mengoranisasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan masalah serta menyediakan alat.
  • Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru mendorong siswa untuk menyimpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
  • Menyajikan/mempersentasikan hasil kegiatan. Guru membimbing siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model yang membantu mereka untuk berbagi tugas dngan temannya.
  • Mengevaluasi kegiatan. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi pada kegiatan penyelidikan dan proses penemuan yang digunakan.
Carin (dalam Padia, 2008) memberikan petunjuk dalam merencanakan dan menyiapkan pembelajaran penemuan terbimbing sebagai berikut:
  1. Menentukan tujuan yang akan dipelajari oleh siswa.
  2. Memilih metode yang sesuai dengan kegiatan penemuan.
  3. Menetukan lembar pengamatan untuk siswa.
  4. Menyiapkan alat dan bahan secara lengkap.
  5. Menetukan dengan cermat apakah siswa akan bekerja secara individual atauu secara kelompok yang terdiri dari 2,3 atau 4 siswa.
  6. Mencoba terlebih dahulu kegiatan yang akan dikerjakan oleh siswa untuk menegtahui kesulitan yang mungkin timbul atau kemungkinan untuk modifikasi.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa, metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam membelajarkan suatu materi kepada siswa di kelasnya untuk mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut. Metode penemuan terbimbing adalah suatu metode pembelajaran yang dalam pelaksanaannya guru memperkenankan siswanya untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka diharapkan dengan menerapkan pembelajaran terbimbing dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis paragraf melalui strategi belajar terbimbing.

Daftar Pustaka
Achmad. Mukhsin. 1990. Pengajaran Keterampilan Bahasa dan Sastra Indonesia. Malang V A3
Munirah, 2006. Dasar Keterampilan menulis, Diktat. Makassar: FKIP Unismuh Makassar

(Telah dipublikasi pada Gema Suara Guru, Edidi97, Tahun ke 10, Maret 2016)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Al Ghazali, Empat Golongan

Jangan Sombong

Hadapi...