Dalam Perintah Syari'at Ada Kejayaan
Dimensi pertama adalah ibadah yang bersifat vertikal,
semata-mata berbakti kepada Allah dan hanya mengharapkan keridaan Allah SWT.
Dan keiklhasan berqurban karena kecintaan kepada Allah itulah, yang menentukan
qurban kita diterima atau tidak.
Dimensi Kedua adalah ibadah yang bersifat horizontal, yakni
menyantuni para dhuafa melalui pembagian daging qurban tanpa membeda-bedakan
suku, dan golongan. Qurban merupakan wujud nyata upaya orang yang mampu, untuk
membantu kesejahteraan sesama. Menolong sesama adalah perwujudan amal saleh
dari iman yang telah tertanam dengan kokoh.
Dahulu, Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS
menerima sebuah perintah dari Allah SWT, sebuah perintah yang luar biasa
beratnya. Nabi Ibrahim saat itu sangat ingin memiliki seorang anak
laki-laki yang diharapkan menjadi penerus perjuangannya. Beliau kemudian berdoa
dan Allah SWT mengabulkan permohonannya, maka lahirlah Ismail. Namun, begitu
Ismail dewasa, Nabi Ibrahim justru diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih
putra kesayangannya.
Dari peristiwa ini, kita belajar bahwa
kesabaran dan ketakwaan Ibrahim dan Ismail sedang diuji oleh Allah. Ibrahim dan
Ismail berada dalam situasi yang sulit, tetapi mereka tetap yakin bahwa
ketaatan pada perintah Allah SWT adalah tujuan hidup mereka. Dengan kesabaran
yang luar biasa, perintah itu dilaksanakan oleh keduanya. Dengan bekal
ketaatan, kesabaran, dan keikhlasan menjalankan perintah Allah, Nabi Ibrahimpun
bersiap-siap menyembelih Ismail. Tanpa disangka-sangka, ketika Ibrahim hendak
menyembelih Ismail, dalam sekejap mata, Allah menggantikan Ismail dengan
kambing domba.
Dari peristiwa tersebut kita dapat mengambil
hikmah. Hikmah pertama, orang yang beribadah kepada Allah pasti akan
menghadapi ujian yang tidak mudah. Hikmah kedua, ketika keimanan dan
ketakwaan kita meningkat, maka Allah akan menguji kita terlebih dahulu. Perlu
diketahui bahwa semakin tinggi keimanan dan ketakwaan kita, semakin besar ujian
yang akan diterima. Hikmah ketiga, jangan biarkan cinta kita pada
makhluk, mengalahkan cinta kita kepada Allah SWT. Hikmah keempat, jangan
sampai kita hanya khawatir dengan kesuksesan putra-putri kita di dunia ini,
tetapi juga kita perlu pikirkan kesuksesan akhirat yang harus kita perjuangkan.
Oleh karena itu, jangan ragu-ragu dalam
menjalankan perintah Allah SWT. Karena semua perintah Allah itu perlu, sah, dan
bermanfaat bagi individu, keluarga, masyarakat, bangsa, serta negara.
Ketahuilah, Allah Taala akan menguji setiap
hamba-Nya dengan berbagai musibah. Dengan hal yang tidak mereka sukai. Ini
semua membutuhkan kesabaran, tidak putus asa dari rahmat Allah, dan tetap
konsisten dalam beragama. Hendaknya setiap orang tidak tergoyahkan dengan
berbagai cobaan yang ada.
Setiap individu pasti memiliki ujian sesuai
dengan kemampuan dan situasinya tersendiri. Anak sekolah diuji dengan
serangkaian tes sebelum naik kelas. Mahasiswa diuji dengan skripsi sebelum
wisuda. Pebisnis diuji dengan kebangkrutan sebelum bangkit dan meraup
kesuksesan. Pekerja diuji dengan serangkain tugas dan beban berat sebelum
dipercaya menjadi seorang pemimpin. Bangsa Indonesia diuji dengan penjajahan
sebelum merdeka. Demikian pula, dahulu Nabi Ibrahim AS. Beliau juga mendapat
serangkaian ujian berat, bahkan bisa dibilang terberat dalam sejarah manusia.
Yaitu Nabi Ibrahim pernah dibakar, dan pernah diperintah agar menyembelih
anaknya.
jika kita mau lulus ujian hidup dengan baik,
mari teladani kisah hidup Ibrahim.
Pertama, pergi dan berserah diri kepada Allah. Kedua, percayalah bahwa Allah pasti akan memberikan kita yang terbaik. Tiga, bersabarlah dan terus berusaha sambil bersiap menerima keputusan terbaik dari Allah. Setelah melewati semua ujian, siapa tahu, mental dan karakter kita tertempa menjadi pribadi yang lebih baik.
Semoga kita termasuk orang-orang yang bersabar ketika menghadapi musibah, baik dengan hati, lisan, mau pun anggota badan.
Komentar
Posting Komentar