Keseimbangan Dunia dan Akhirat

 


Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan kita nikmat kehidupan, nikmat iman, dan nikmat Islam. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, keluarga beliau, para sahabat, serta seluruh umat Islam yang istiqamah dalam mengikuti sunnah beliau hingga akhir zaman.

Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, kita sering kali dihadapkan pada dua arus besar: kecenderungan untuk mengejar dunia secara berlebihan atau sebaliknya, mengabaikannya dengan dalih ingin fokus pada akhirat. Islam sebagai agama yang sempurna telah mengajarkan kepada kita untuk menyeimbangkan antara dua aspek ini. Dunia dan akhirat bukanlah dua kutub yang harus dipertentangkan, melainkan dua sisi kehidupan yang harus dijalani dengan harmoni.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surah Al-Qashash ayat 77:

"وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ"

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia; dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77)

Ayat ini mengandung pelajaran penting bahwa kehidupan dunia adalah tempat menanam, sedangkan akhirat adalah tempat memanen. Dunia adalah jalan menuju akhirat. Maka kita diperintahkan untuk mencari bekal akhirat, tetapi tidak melupakan bagian kita di dunia. Menafkahi keluarga, mencari ilmu, membangun masjid, membangun masyarakat, dan menjaga kesehatan adalah bagian dari ibadah jika diniatkan karena Allah.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ: عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ، وَفِيمَا أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلَاهُ"

“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang empat hal: tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya untuk apa ia amalkan, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan ke mana ia belanjakan, dan tentang tubuhnya untuk apa ia gunakan.”

Hadits ini menunjukkan bahwa semua aspek kehidupan dunia akan dimintai pertanggungjawaban. Maka, seorang muslim yang cerdas bukanlah yang hanya sibuk memburu dunia tanpa tujuan akhirat, atau yang meninggalkan dunia tanpa tanggung jawab. Seorang muslim sejati adalah yang menjadikan dunia sebagai sarana untuk menggapai akhirat.

Para ulama menasihatkan, "Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok." Inilah prinsip seimbang yang harus kita pegang. Dunia bukan untuk dikejar hingga lupa akhirat, dan akhirat pun bukan untuk dikejar dengan melupakan tanggung jawab duniawi.

Keseimbangan ini juga harus terlihat dalam rutinitas kita. Misalnya, dalam bekerja jangan sampai lalai menunaikan shalat. Dalam mencari rezeki, jangan sampai terjatuh dalam riba dan penipuan. Dalam beristirahat, jangan sampai meninggalkan kewajiban sebagai seorang hamba. Semua harus berjalan beriringan.

Begitu juga dalam mendidik anak-anak kita. Arahkan mereka untuk menjadi manusia yang sukses di dunia dan akhirat. Jangan hanya mengejar prestasi akademik, tetapi juga tanamkan akhlak, iman, dan cinta kepada Allah serta Rasul-Nya. Dunia hanya sementara, namun bekal ke akhirat harus kita persiapkan sejak dini.

Marilah kita muhasabah diri. Sudahkah kita menyeimbangkan waktu kita untuk dunia dan akhirat? Sudahkah kita menyiapkan bekal untuk menghadapi kematian yang pasti datang? Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang menyesal karena terlalu cinta dunia hingga lupa menabung amal untuk akhirat.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan kita taufik dan hidayah untuk menjalani kehidupan ini dengan seimbang, sehingga kita menjadi hamba-Nya yang sukses di dunia dan bahagia di akhirat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manipulasi

Maulid Nabi, Momen Memperbaiki dan Berkontribusi